Tujuan tatalaksana penderita infeksi HIV pada anak sama seperti pada penyakit lainnya yaitu memelihara kesehatan secara keseluruhan, memantau serta mencegah progresifitas penyakit, pencegahan infeksi oportunistik, evaluasi serta terapi kejiwaan serta edukasi dan dukungan kepada orangtua dan keluarga. Tata laksana lengkap meliputi pemantauan tumbuh kembang, nutrisi, imunisasi, tatalaksana medikamentosa.
Pengobatan medikamentosa mencakup pemberian obat-obatan profilaksis infeksi oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Terapi profilaksis berupa pemberian kotrimoksazole pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 <15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit pneumocystis jirovecii.
Pengobatan penting adalah pemberian anti retroviral (ARV). Sebelum memberikan ARV, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain kerjasama pengasuh dan orangtua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan, dan pentingnya kontrol. Pemberian ARV dimulai bila keluarga sudah diyakinkan untuk siap dan patuh. Tujuan pengobatan yang ingin dicapai adalah: 1). Memperpanjang usia hidup anak yang terinfeksi, 2). Mencapai tumbuh kembang yang optimal, 3). Menjaga, menguatkan dan memperbaiki sistem imun dan mengurangi infeksi oportunistik, 4). Menekan replikasi virus HIV dan mencegah progresifitas penyakit, dan 5). Mengurangi morbiditas anak dan meningkatkan kualitas hidupnya
PILIHAN OBAT ARV
Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral (ARV), maka strategi penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.
Anti retroviral untuk anak harus memenuhi syarat farmakokinetik, formulasi yang tepat untuk anak, dan pembuatan dosis yang tepat menurut umur. Selain itu juga faktor yang berpengaruh dalam pemberian ARV adalah potensi obat, kompleksitas pemberian (frekuensi dosis, hubungannya dengan makanan dan minuman) dan efek samping.
Terdapat 5 kelas obat ARV hingga saat ini, yaitu yang tergolong nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), protease inhibitor (PI), anti integrase, dan fusion entry inhibitor. Umumnya rekomendasi pemakaian ARV untuk anak didasarkan pada studi efikasi pada orang dewasa dan didukung oleh penelitian keamanan dan farmakokinetik. Penggunaan ARV pada anak paling tidak 3 obat dan minimal 2 kelas obat yang berbeda. Panduan obat yang banyak dianut adalah panduan WHO.
Program terapi ARV di Indonesia mulai berjalan sejak tahun 2004. Untuk melaksanakan program ini pemerintah menyiapkan pedoman nasional, melatih tenaga kesehatan, serta menyiapkan obat ARV. WHO merekomendasikan penggunaan obat ARV lini pertama berupa kombinasi 2 NRTI dan 1 NNRTI. Obat ARV lini pertama yang termasuk NRTI adalah Zidovudin/AZT, lamivudin/3TC, stavudin/d4T, sedangkan NNRTI adalah nevirapin dan efavirenz. Kombinasi obat ARV lini pertama yang dapat digunakan dapat berupa AZT, 3TC, Nevirapin atau AZT, 3TC, efavirenz atau d4T, 3TC, nevirapin atau d4T, 3TC.
(Refrat Alergi Imunologi, sumber: berbagai referensi)
Selasa, 19 April 2011
TATA LAKSANA INFEKSI HIV PADA ANAK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar