Organisasi
Kesehatan Dunia, WHO telah mencanangkan tanggal 12 November sebagai Hari
Pneumonia Sedunia (World Pneumonia Day/WPD). Pada tahun 2016 ini merupakan
peringatan yang ketujuh setelah dicanangkan pertama sekali pada tahun 2009 dengan
seruan ‘fight pneumonia, save the children’ di seluruh dunia. Sedangkan tema peringatan WPD tahun 2016 ini adalah
“Keep the Promise Stop Pneumonia Now”, dipusatkan acaranya di Kota Bandung
setelah tahun sebelumnya dipusatkan di Banda Aceh.
Pneumonia
adalah suatu penyakit yang mengenai paru dimana terjadi peradangan yang
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan menyebabkan gangguan pernafasan dan pneumonia
ini merupakan infeksi saluran nafas
bagian bawah. Penyebab paling sering adalah bakteri Streptococcus pneumonia,
Haemophyllus influenza, Mycoplasma pneumonia. Pneumonia masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia terutama anak anak (paling sering usia di bawah 5 tahun).
Angka morbiditas (kesakitan) yaitu 10-20% dan angka mortalitas (kematian)
akibat pneumonia adalah 6 per 1000 kelahiran hidup. Pneumonia merenggut nyawa
satu anak setiap 4 menit. Pneumonia ini sangat berbahaya karena menyebabkan
kematian yang disebabkan karena paru paru kita tidak mendapatkan cukup oksigen
sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya.
Menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa kejadian tertinggi pneumonia terjadi pada
anak usia 12-23 bulan. Prevalensi nasional penyakit pneumonia ini yaitu 25% dan
terjadi peningkatan prevalensinya yaitu tahun 2007 sebesar 11,2%, tahun 2010
17,5% dan pada tahun 2013 sebesar 18,5%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2016 yang dikeluarkan Kemenkes RI bahwa di tahun 2015 terdapat 922.000
balita yang menderita pneumonia (penyebab dari 15% kematian balita). Angka
kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2014 yaitu sebesar 0,08%. Di dunia, Pneumonia menyebabkan
kesakitan pada 155 juta anak usia di bawah 5 tahun dan merenggut nyawa 1,6 juta
anak setiap tahun. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan penyakit
lain seperti AIDS, Malaria atau Campak. Ini menjadikan Pneumonia sebagai
penyakit pembunuh utama pada anak usia di bawah 5 tahun. Penyakit Pneumonia ini
juga sering disebut sebagai forgotten killer. Karena pneumonia sering diabaikan
dan dianggap sebagai gejala flu biasa.
Faktor risiko menderita penyakit ini
adalah bayi yang lahir prematur (kurang bulan) dan Bayi berat lahir rendah
(BBLR), bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, bayi atau anak yang
menderita Gizi Buruk, imunisasi yang tidak lengkap, menderita defisiensi (kekurangan)
Vitamin A dan terpaparnya dengan asap rokok, asap dapur dan polusi udara. Bayi
BBLR akan lebih mudah terserang infeksi disebabkan karena pembentukan zat
kekebalan tubuh yang belum sempurna
sehingga mudah terserang infeksi termasuk terserang penyakit pneumonia.
Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan berfungsi sebagai perlindungan terhadap
infeksi terhadap bayi karena kandungan zat anti infeksi dan transfer antibodi
dari ibu ke bayi melalui pemberian ASI. Ibu yang memberikan ASI menurunkan
jumlah bayi dan balita yang terkena pneumonia yaitu sekitar 15-20%. Pada pasien
gizi buruk atau malnutrisi mudah berisiko terserang pneumonia karena pada bayi
atau anak yang tidak memperoleh gizi yang cukup maka daya tahan tubuhnya
(imunitas) melemah. Dalam keadaan seperti itu maka akan mudah terserang
penyakit. Pemberian imunisasi mengurangi
risiko bayi terkena virus dan bakteri termasuk yang menjadi penyebab pneumonia.
Imunisasi yang dimaksud adalah imunisasi dasar Campak juga imunisasi Pneumokokkus.
Akan tetapi saat ini banyak dijumpai tantangan di masyarakat karena banyak
muncul kelompok anti vaksin yang menolak pemberian imunisasi dan gencar
mengkampanyekannya di media sosial sehingga banyak para orang tua yang
terpengaruh. Kurangnya asupan Vitamin A pada balita juga menjadi faktor risikonya.
Asupan Vitamin A yang kurang pada Ibu Hamil dapat menimbulkan risiko kelahiran
prematur dan BBLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden pneumonia pada
kelompok anak usia kurang lima tahun mempunyai hubungan bermakna dengan adanya
orang tua yang merokok. Anak dari perokok aktif yang merokok dalam rumah akan
menderita sakit infeksi pernafasan lebih sering dibandingkan dengan anak dari
keluarga bukan perokok.
Penularan
penyakit Pneumonia bisa melalui beberapa cara. Kuman yang biasanya ada secara
normal di hidung dan tenggorokan dapat mempengaruhi paru jika kuman itu
tersedot. Penularan juga bisa terjadi melalui percikan dahak, serta percikan
ludah saat batuk atau bersin. Paru terdiri dari ribuan bronkus yang masing
masing terbagi lagi menjadi bronkiolus yang tiap tiap ujungnya berakhir pada
alveoli. Di dalam alveoli terdapat kapiler kapiler pembuluh darah sebagai
tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ketika seseorang
terinfeksi pneumonia, cairan mengisi alveoli sehingga menyebabkan susahnya
penyerapan oksigen dan terjadi kesukaran bernafas. Pada penderita pneumonia
maka kemampuan paru untuk mengembang menjadi berkurang dan tubuh bereaksi
dengan bernafas cepat agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen). Gejala
awal pada pneumonia adalah didahului dengan gejala selesma (batuk, pilek dan
demam), kemudian nyeri kepala dan hilang nafsu makan. Tahap lanjutan didapatkan
adalah sesak nafas (nafas cepat) dan kesulitan bernafas (berupa hidung kembang
kempis, dijumpai adanya tarikan dinding dada ke dalam (retraksi)). Pada kasus
yang sangat berat bisa ditemukan penurunan suhu, kejang, penurunan kesadaran,
suara nafas yang keras dan kasar, anak tidak dapat menyusui dan makan serta
tampak kebiruan.
Pencegahan
pneumonia salah satunya adalah pemberian imunisasi dasar pada bayi yaitu vaksin
Campak dan vaksin Pneumokokkus. Campak merupakan salah satu penyakit menular
dan salah satu komplikasi yang disebabkan oleh Campak adalah Pneumonia. Jadi
pemberian vaksin campak bisa mencegah penyakit Campak dan dengan demikian bisa
mengurangi angka kejadian Pneumonia sebagai akibat komplikasinya. Vaksin
Pneumokokkus ini pertama sekali dirilis dan digunakan di Amerika Serikat pada
tahun 2000. Pneumokokkus adalah nama lain dari kuman Streptococcus pneumonia
yang merupakan penyebab utama terjadinya Pneumonia. Selain dapat mencegah angka
kejadian Pneumonia, vaksin Pneumokokkus ini juga bermanfaat untuk mencegah
kejadian penyakit Meningitis (radang selaput otak), Sepsis (terdapatnya kuman
dalam darah dengan berbagai gejala berat), dan Otitis media (infeksi telinga
tengah). Sebelum vaksin Pneumokokkus ini
ditemukan tiap tahunnya Penumokokkus menyebabkan 700 kasus Meningitis, 17.000
kasus Sepsis, dan 71.000 kasus Pneumonia. Pemberian vaksin ini yaitu pada usia
2, 4, 6 bulan dan dilakukan booster pada usia 12-15 bulan. Antibodi berada
dalam tubuh bayi selama beberapa bulan pertama usianya. Lambat laun antibodi
tersebut akan berkurang. Oleh karena itu Vaksin Pneumokokkus mulai diberikan
pada usia 6 minggu atau 2 bulan. Akan tetapi Vaksin Pneumokokkus sampai saat
ini belum dimasukkan dalam program Imunisasi Nasional yang ditanggung oleh
Pemerintah. Saat ini bila masyarakat
ingin mendapatkan vaksin tersebut bisa mengunjungi dokter spesialis anak.
Sangat disayangkan karena vaksin yang sangat perlu ini masih tersedia dalam
harga yang mahal.
Pencegahan
penyakit Pneumonia juga bisa melalui pemberian ASI eksklusif dan dilanjutkan
sampai 2 tahun, pemberian Vitamin A yang dapat membantu dalam perkembangan
sistem kekebalan tubuh balita. Kemudian
diikuti dengan tidak terpaparnya si anak dengan polusi asap terutama asap rokok
dari ayahnya atau anggota keluarga yang lain, meningkatkan gizi bayi dan balita
kita dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang serta mencegah berbagai
faktor risiko yang menyebabkan kelahiran prematur pada ibu hamil yaitu dengan
pemeriksaan kehamilan yang teratur. Selain itu yang tidak kalah penting adalah
dengan menerapkan gaya hidup sehat yang sebenarnya bisa dilakukan secara
sederhana untuk mencegah penyakit pneumonia ini yaitu dengan menjaga kebersihan
tangan dengan mencuci tangan pakai sabun untuk menghindari penyebaran kuman, serta
menerapkan etiket saat batuk atau bersin yaitu dengan menutup mulut.
Tulisan ini sudah pernah dimuat di Harian Serambi Indonesia tanggal 12 Nov 2016 http://aceh.tribunnews.com/2016/11/12/pneumonia-ancaman-bagi-anak-kita
Tidak ada komentar:
Write komentar