Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit
yang ditakuti di kalangan masyarakat karena sering terjadi dan bisa menimbulkan
banyak angka kesakitan bahkan kematian. Morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan
vektor (nyamuk penyebab), tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe
virusnya dan kondisi meteorologis. Pola distribusi umur memperlihatkan kasus
terbanyak DBD mengenai anak dengan golongan umur <15 antara="" begitu="" besar="" bulan="" dan="" dbd="" di="" februari="" garis="" indonesia="" januari.="" jelas="" jumlah="" kasus="" mencapai="" meningkat="" musim="" namun="" pada="" pengaruh="" puncaknya="" sampai="" secara="" september="" span="" tahun="" terhadap="" tidak="">
15>
Penyakit ini pertama kali ditemukan
di Indonesia yaitu pada tahun 1968 di Surabaya kemudian berturut turut
dilaporkan di Jakarta, Bandung juga Yogyakarta. Epidemi (wabah) pertama
dilaporkan di luar Jawa pada tahun 1972 di Sumatera Barat, disusul Riau,
Sulawesi Utara dan Bali. Pada tahun 1994 kasus DBD telah menyebar ke seluruh
Indonesia dan menjadi endemis di banyak kota besar serta telah menjangkiti
daerah pedesaan.
Penyebab penyakit DBD adalah virus
dengue. Terdapat 4 jenis tipe virus yang telah berhasil diisolasi yaitu virus
dengue tipe 1, 2, 3 dan 4. Sebagian besar pasien yang menderita DBD derajat
berat bahkan sampai meninggal disebabkan virus dengue tipe 3. Virus ini
diperantarai oleh vektor yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Seorang peneliti bernama
Graham merupakan seorang sarjana pertama yang pada tahun 1903 dapat membuktikan
secara positif peran nyamuk tersebut dalam transmisi dengue.
Penyakit DBD ini merupakan penyakit
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dapat menyerang semua
orang dan menyebabkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah. Penyakit ini ditularkan oleh orang yang di
darahnya mengandung virus dengue. Jika orang yang digigit nyamuk Aedes maka
virus dengue akan masuk bersama darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk,
virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh
tubuh nyamuk. Sebagian besar virus berada di kelenjar ludah nyamuk. Dalam waktu
1 minggu jumlah virus bisa mencapai ratusan ribu sehingga siap untuk
dipindahkan/ditularkan kepada orang lain. Selanjutnya saat nyamuk menggigit
orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk menemukan kapiler darah dan sebelum
darah orang tersebut diiisap, maka terlebih dahulu dikeluarkan air liur dan
virusnya akan masuk ke darah manusia yang digigit. Tidak semua orang yang
digigit oleh nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus dengue itu akan terserang
penyakit DBD. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue
tidak akan terserang penyakit ini meskipun di dalam darahnya terdapat virus
itu. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap
virus dengue dia akan sakit ringan hingga berat yaitu demam tinggi disertai
perdarahan bahkan syok.
Di Indonesia nyamuk Aedes Aegypti
tersebar luas di pelosok tanah air, baik di kota maupun di desa, kecuali di
daerah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Hanya
nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah manusia sedangkan nyamuk
jantan hidup dari menghisap sari tumbuhan. Perkembangan nyamuk ini dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Tempat istirahat yang
disukai adalah benda benda yang tergantung yang ada di dalam rumah yaitu
gorden, kelambu, baju/pakaian. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu
musim hujan dimana banyak terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi
tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.
Gejala klinis penyakit DBD adalah
demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari disertai dengan gejala
lain berupa nyeri kepala, mual muntah, nyeri otot, nyeri perut. Pada derajat 2
bisa disertai dengan manifestasi perdarahan di kulit berupa petekhie (bintik
darah kecil di bawah kulit dan tidak menghilang dengan penekanan), perdarahan
gusi, hidung (epistaksis), muntah darah (hematemesis) dan buang air besar
berwarna kehitaman (melena). Pada tahap yang berat (derajat 3) bisa dengan syok
yang ditandai nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, kulit teraba lembab
dan dingin terutama di jari tangan juga kaki, pasien menjadi gelisah serta
timbul kebiruan di sekitar mulut. Pasien harus ditangani dengan segera dan secara
tepat karena bila tidak maka akan masuk dalam tahap syok berat (derajat 4) bahkan
kematian.
Pencegahan
Upaya
utama pada penyakit DBD ini adalah pencegahan berupa tindakan pemberantasan
vektor nyamuk penyebab. Upaya berupa pemberantasan sarang nyamuk yaitu dengan gerakan 3M: 1). Menguras tempat
penampungan air secara teratur sekurang kurangnya satu kali seminggu atau
menaburkan bubuk abate ke dalamnya, 2). Menutup rapat tempat penampungan air
dan 3). Mengubur/menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng bekas, plastik dll. Selain gerakan 3M, juga dilakukan
fogging (pengasapan). Kegiatan fogging ini hanya dapat membunuh sebagian nyamuk
dewasa. Selama jentik yang ada di tempat perindukan tidak diberantas setiap
hari, maka akan muncul nyamuk nyamuk baru yang menetas dan penularan penyakit
akan terulang kembali.
Vaksin
Dengue
Penemuan
terbaru di bidang vaksin adalah ditemukannya vaksin dengue. Penelitian terhadap
vaksin ini sudah mulai dilakukan sejak 60 tahun yang lalu dan mengalami
kemajuan yang pesat sejak 10 tahun terakhir ini. Vaksin yang tersedia saat ini
adalah vaksin dengue tetravalen yang bisa melindungi dari keempat jenis virus
dengue tersebut mulai dari Den 1, 2, 3,
dan 4. Karena diketahui bahwa imunisasi dengan satu jenis virus malah
meningkatkan progresivitas DBD pada infeksi selanjutnya dengan tipe virus
berbeda. Vaksin dengue ini diberikan pada anak usia 9 tahun, tiga kali pemberian
dengan interval 6 bulan di antara tiga dosis vaksin tersebut.
Vaksin
dengue ini sudah beredar di dunia sejak 9 Desember 2015, pertama sekali beredar
di Mexico kemudian menyusul Filipina, El Salvador dan Brazil. Di Indonesia
sejak Oktober sudah mulai beredar dan mulai digunakan. Penemuan vaksin dengue ini dianggap sebagai
salah satu pencapaian historis dalam sejarah vaksinologi dan diyakini akan
menurunkan angka kejadian demam berdarah.
Sebelum mendapat izin edar, vaksin ini sudah menjalani proses uji klinis
yang melibatkan lebih dari 40.000 orang di seluruh dunia, dari berbagai
kelompok umur, etnis, latar belakang epidemiologis, kondisi geografis, dan
status sosioekonomis.
Dampak
infeksi DBD di negara negara endemis cukup terasa, sebanyak 400 juta orang
terinfeksi setiap tahunnya. Terdapat 128 negara yang dinyatakan endemis dan
Indonesia termasuk di dalamnya. Badan Kesehatan Dunia, WHO menargetkan dengan
pemberian vaksin dengue ini di tahun 2020 angka kematian akibat infeksi DBD
bisa jauh berkurang. Dari uji klinis yang telah dilakukan diketahui bahwa bila
vaksinasi dengue ini diberikan pada 20% populasi di 10 negara endemis yang
berpartisipasi, kasus baru DBD dapat dikurangi hingga 50%. Dan Indonesia
termasuk salah satu negara yang ikut berpartisipasi dalam uji klinis vaksin
tersebut. Kita sangat berharap semoga dengan pemberian vaksin ini yang memang
sudah beredar di masyarakat Indonesia maka jumlah penyakit DBD jauh berkurang.
Memang saat ini vaksin ini belum disubsidi oleh Pemerintah dan belum menjadi
salah satu vaksin yang gratis yang disediakan di Puskesmas atau Rumah Sakit.
Saat ini untuk mendapatkan vaksin tersebut bisa dengan mengunjungi dokter
spesialis anak dengan harga vaksin yang lumayan mahal. Akan tetapi harga yang
diperkirakan mahal tersebut akan jauh terasa murah apabila dibandingkan dengan
jumlah biaya yang harus kita keluarkan bila anak anak kita menderita DBD.