Apakah
ASI bisa menggantikan posisi vaksin yang berguna untuk imunisasi? Jawabannya
adalah TIDAK. Karena ASI dan Imunisasi tidak saling menggantikan akan tetapi
berjalan beriringan. Memberikan ASI eksklusif enam bulan, dilanjutkan kemudian
sampai usia dua tahun dan memberikan Imunisasi sejak lahir sampai usia tertentu
berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan. Belakangan
ini banyak bermunculan para antivaksin yang secara terang terangan menolak
pemberian imunisasi. Mereka giat melancarkan kampanye melalui media sosial dan
juga buku. Berbagai isu negatif digulirkan dalam menentang imunisasi.
Salah
satunya mereka mengeluarkan pernyataan bahwa “Imun is ASI” yang berarti bahwa
ASI saja sudah cukup tidak diperlukan lagi pemberian imunisasi. Kampanye mereka
yaitu berupa : Beri ASI, stop Imunisasi. Yang sangat disayangkan adalah cakupan
imunisasi semakin menurun karena banyak para orang tua yang terpengaruh dengan
kampanye para antivaksin sehingga memutuskan tidak memberikan imunisasi kepada
anak anaknya. Akibatnya berbagai penyakit yang sudah mulai jarang terjadi
kembali muncul dan menjadi wabah serta memakan korban. Seperti mewabahnya kasus
campak dan juga muncul banyak kasus difteri di beberapa daerah termasuk di
Aceh. Cakupan imunisasi campak di Aceh untuk tahun 2015 berdasarkan Profil
Kesehatan RI yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan tahun 2016 adalah nomor dua
paling rendah setelah Provinsi Papua Barat dan cakupan imunisasi secara umum Aceh
menduduki nomor keempat terendah di seluruh Indonesia setelah Provinsi
Kalimantan Selatan, Papua Barat dan Papua.
Imunisasi
adalah program kesehatan dunia yang dimotori oleh WHO dan dilaksanakan oleh
semua negara di seluruh dunia sebagai program nasional termasuk Indonesia. Pemberian
Imunisasi sudah terbukti puluhan tahun menghilangkan atau mengurangi kejadian
berbagai penyakit infeksi. Imunisasi adalah suatu proses yang membuat seseorang
menjadi imun (kebal) terhadap penyakit infeksi melalui pemberian vaksin.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman berupa bakteri,
virus, jamur, parasit yang berasal dari luar tubuh. Sistem imun kita akan
mengenal kuman yang masuk sebagai musuh yang harus dihancurkan dan imunitas
terhadap kuman tersebut ditandai dengan terbentuknya zat anti bodi terhadap
kuman tersebut dan bersifat spesifik terhadap kuman tersebut. Jadi prinsip
pemberian imunisasi itu adalah memberikan antigen lewat vaksin ke dalam tubuh
sehingga tubuh meresponnya dengan membentuk antibodi.
Imunisasi
terdiri dari dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi
aktif adalah perlindungan yang dihasilkan sendiri oleh sistem imun tubuh.
Imunisasi aktif ini diperoleh ketika tubuh mendapatkan paparan dari kuman
sehingga sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi untuk melawan penyakit
tersebut. Paparan tersebut dapat terjadi melalui infeksi penyakit sebenarnya
atau melalui pemberian imunisasi. Imunitas aktif ini bersifat menentap dan memberikan
kekebalan jangka panjang. Vaksin yang diberikan bertujuan untuk merangsang
imunitas aktif. Jadi pemberian vaksin termasuk dalam imunisasi aktif. Sedangkan
imunisasi pasif diperoleh ketika seseorang diberi antibodi yang berasal dari
luar tubuhnya, bersifat dapat memberikan perlindungan efektif tetapi tidak
bertahan lama. Contohnya adalah antibodi yang diberikan ibu hamil kepada
janinnya yaitu Imunoglobulin G (IgG) yang ditransfer melalui plasenta dan hanya akan
bertahan beberapa bulan setelah bayi lahir. Begitu bayi lahir, bayi langsung
berhadapan dengan milyaran kuman yang segera menghuni kulit, hidung,
tenggorokan dan saluran cernanya. Sebagai contoh adalah antibodi dari ibu
terhadap penyakit campak hanya bisa memberi perlindungan sampai menjelang usia
9 bulan sehingga pada usia 9 bulan bayi diberikan imunisasi campak.
ASI
merupakan imunisasi pasif. ASI ternyata bermanfaat dalam meningkatkan respon
kekebalan dari vaksin. Beberapa penelitian menyebutkan ternyata bayi bayi yang
menerima ASI dan imunisasi Tetanus, Hib, BCG memiliki kadar antibodi yang lebih
tinggi daripada bayi bayi mendapatkan imunisasi tersebut namun tidak
mendapatkan ASI. Penelitian juga membuktikan bahwa bayi yang mendapat ASI bila
diberikan imunisasi maka mereka akan memproduksi kadar antibodi yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula. Selain itu
menyusui juga memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit setelah anak
diberikan suntikan vaksin.
Memberikan
ASI kepada bayi mempunyai banyak sekali manfaatnya. ASI mengandung banyak zat
gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak dan DHA/ARA, vitamin, mineral, enzim,
air, dan faktor pertumbuhan. ASI lebih mudah dicerna dan diserap, memberikan
kedekatan antara ibu dan bayi (bonding), ASI juga melindungi bayi dari berbagai
infeksi dan penyakit. Pada hari hari pertama setelah melahirkan, ASI mengandung
zat kolostrum yang mengandung banyak sekali zat antibodi yang berguna melindungi
bayi dari infeksi dan meningkatkan kekebalan tubuh. Kolostrum adalah cairan
berwarna kuning keemasan/jingga yang mengandung nutrisi dengan konsentrasi
tinggi. Kolostrum juga mengandung jutaan leukosit setiap tetesnya. Leukosit
adalah sel darah putih yang berguna untuk menghancurkan virus dan bakteri jahat
dan memberikan respon terhadap penyakit. Kolostrum mengandung sejumlah antibodi
yang disebut Imunoglobulin (kelompok protein untuk kekebalan tubuh terhadap
penyakit). Ada tiga macam Imunoglobulin dalam kolostrum yaitu IgA (Imunglobulin
A), IgG (Imunoglobulin G) dan IgM (Imunoglobulin M). Di antara ketiga Imunoglobulin
ini, IgA yang paling tinggi konsentrasinya
(kadarnya mencapai 5000 mg/dl) yang bertugas melindungi daerah membran
tenggorokan, paru paru, sistem saluran cerna bayi dari serangan kuman. Bila
seorang ibu yang sedang menyusui kontak dengan seorang penderita penyakit
infeksi maka si ibu akan membentuk antibodi untuk melawan kuman dan antibodi
ini akan ditransfer melalui ASI kepada bayinya.
ASI
mengandung banyak faktor sebagai anti infeksi yaitu K- imunoglobulin, Secretory
imunoglobulin A (SIgA), K-oligosakarida. Perlindungan yang diberikan oleh
berbagai faktor ini sangat unik yaitu melindungi tanpa memberikan efek
peradangan (misalnya demam tinggi) yang dapat berbahaya bagi bayi dan antibodi
SIgA yang terbentuk di tubuh ibu yang secara spesifik melindungi bayi sesuai
keadaan bayi dan lingkungan saat itu. ASI
juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat
mengontrol pertumbuhan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Selain itu ASI mengandung
aktioksidan berupa tokoferol dan karotin yang merupakan faktor anti peradangan.
Glikoprotein dan glikolipid serta oligosakarida dalam ASI berfungsi menyerupai
bakteri pada permukaan saluran cerna bayi sehingga dapat berguna untuk
menghambat perlekatan bakteri jahat pada mukosa saluran cerna tersebut.
Komponen lain ASI yang mempunyai efek perlindungan antara lain adalah sitokin,
musin, laktoferin.
Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa ASI terbukti melindungi dari berbagai penyakit
seperti otitis media (infeksi telinga tengah), infeksi saluran kemih, diare dan
penyakit pada saluran nafas (batuk pilek) juga pneumonia. Akan tetapi kekebalan
ASI itu hanya bersifat sementara, karena ASI tidak bisa merangsang tubuh
membentuk antibodinya sendiri. Perlindungan ASI juga tidak berlaku untuk semua
penyakit, terutama terhadap berbagai penyakit berat seperti Hepatitis B,
meningitis, difteri, tuberkulosis, polio, tetanus, rubella, batuk rejan, cacar
air dan campak. Imunisasi yang diberikanpun bersifat spesifik untuk penyakit
tertentu yang tidak cukup atau tidak bisa dilakukan hanya oleh antibodi dari
ibu dan ASI saja.
Jadi
ASI saja tidak cukup untuk melindungi bayi dan anak anak kita dari berbagai
penyakit. Memberikan ASI dan imunisasi kepada bayi dan anak anak kita merupakan
salah satu upaya dalam melindungi buah hati dan generasi penerus kita. ASI
bukanlah pengganti Imunisasi akan tetapi ASI dan Imunisasi sebagai mitra kerja
yang bertugas melindungi bayi dan anak anak kita. Jadi mari kita selalu
slogankan: Beri ASI, Imunisasi tetap lanjut. ASI Yes, Imunisasi juga Yes!
*Dr. Aslinar, SpA, M. Biomed
Ketua Aceh Peduli ASI
Pengurus IDAI Aceh dan IDI Aceh Besar
Tidak ada komentar:
Write komentar