Ancaman
penyakit kanker tidak hanya terjadi pada orang dewasa, akan tetapi saat ini
banyak anak yang terserang berbagai jenis kanker. Secara nasional berdasarkan
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, prevalensi penyakit kanker pada penduduk
semua umur di Indonesia sebesar 1,4 o/oo atau diperkirakan sekitar 347.792
orang. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (RISKESDAS) menunjukkan
prevalensi kanker anak usia 0-14 tahun yaitu sebesar 16.291 kasus. Saat ini
diperkirakan jauh meningkat jumlah kasusnya. Sedangkan jenis kanker yang paling
banyak diderita oleh anak di Indonesia adalah Leukemia (kanker darah) dan Retinoblastoma (kanker mata). Berbagai
jenis kanker pada anak selain kanker darah dan kanker mata, yaitu tumor otak
dan saraf, limfoma (kanker kelenjar getah bening), rhabdomiosarkoma (kanker
jaringan otot), osteosarkoma (kanker tulang), neuroblastoma (kanker saraf), dan
tumor wilms (kanker ginjal).
Yang
sangat disayangkan adalah lebih dari 50% kasus kanker pada anak dibawa ke Rumah
Sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut. Mengapa bisa terjadi demikian?
Kemungkinan besar hal tersebut berkaitan dengan minimnya pengetahuan yang
dimiliki oleh orang tua. Padahal dengan diketahui secara cepat (terdeteksi
dini), maka kanker pada anak dapat disembuhkan dengan pengobatan dan terapi
yang baik.
Penyebab
Penyakit
kanker yang juga sering disebutkan dengan penyakit keganasan, merupakan
penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran sel sel abnormal di
dalam tubuh. Pembagiannya tergantung dari jenis sel tubuh yang tumbuh menjadi
sel yang tidak normal. Pada anak, penyakit ini dijumpai sejak usia bayi kurang
dari satu tahun sampai pada usia remaja. Walaupun kejadiannya masih jarang akan
tetapi penyakit kanker menjadi penyebab kematian nomor dua tertinggi pada anak
di negara maju setelah kecelakaan.
Penyebab kanker sampai saat ini
belum diketahui. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian
diperkirakan penyebab terjadinya kanker adalah interaksi antara berbagai faktor
yaitu faktor genetik, dan faktor lingkungan. Faktor genetik baik diturunkan
secara langsung atau tidak. Anak memiliki risiko keganasan apabila dalam
keluarga memiliki riwayat penyakit kanker. Sedangkan faktor lingkungan yang
diduga berperan dalam terjadinya kanker adalah seperti radiasi, polusi udara,
juga paparan zat kimia.
Salah
satu kanker yang sangat banyak diderita oleh anak adalah Leukeumia (kanker
darah). Angka kejadiannya di Indonesia adalah berkisar 75% kasus dari seluruh
kasus keganasan pada anak. Leukemia merupakan kanker sel darah putih atau
leukosit. Kanker ini menyerang sumsum tulang karena lokasi ini merupakan tempat
leukosit diproduksi. Sumsum tulang yang sudah terserang dengan jenis kanker ini
maka fungsinyapun akan terganggu. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi sumsum
tulang juga sebagai tempat memproduksi komponen darah yang lain seperti sel
darah merah, trombosit. Sehingga anak yang terserang leukemia akan mengalami
anemia (karena gangguan pembentukan sel darah merah), mudah terjadinya
perdarahan (karena trombositopenia, jumlah trombosit turun) dan mudah terkena
infeksi (karena gangguan produksi sel darah putih).
Gejala yang bisa timbul dari
penyakit leukemia ini adalah kondisi pucat, adanya perdarahan yang bisa berupa
lebam kebiruan di kulit, perdarahan dari hidung (mimisan) dan perdarahan dari
sumber lainnya. Gejala yang lain yaitu anak rentan terinfeksi dan sering
mengalami demam, nyeri sendi/tulang, teraba pembesaran organ tubuh yaitu
membesarnya kelenjar getah bening baik di leher, sela paha juga membesarnya
hati serta limpa. Mirisnya, leukemia pada anak ini malah sering terdeteksi
secara tidak sengaja dimana baru diketahui saat anak dibawa oleh orang tuanya
untuk berobat dengan keluhan yang lain misalnya demam, batuk dan pilek dan
setelah dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter ditemukan kondisi pucat. Dan
hal begini yang membuat seringnya pasien leukemia berobat terlambat. Terlambatnya
penanganan terhadap penderita kanker darah bisa berakibat fatal dan dapat
menyebabkan kematian. Umumnya penderita kanker darah ditemukan pada anak
berusia di bawah 15 tahun.
Upaya Pengendalian Kanker
Tidak
mudah untuk mendeteksi kanker pada anak karena gejalanya yang tidak spesifik.
Akan tetapi tetap diperlukan penyebarluasan informasi tentang tanda dan gejala
awal. Upaya pengenalan tanda tanda penyakit kanker sejak dini sangat bermanfaat
dalam meningkatkan angka kesembuhan dan juga harapan hidup penderitanya. Adapun
berbagai gejala dan tanda awal dari penyakit kanker/keganasan yaitu berupa: 1).
Demam, pucat, kelelahan serta perut membesar tanpa sebab yang jelas, 2). Benjolan
yang tampak semakin membesar dalam waktu singkat (tergantung organ yang
dikenai), 3). Adanya tanda tanda perdarahan yaitu bintik bintik merah yang
tidak hilang saat ditekan (petekhie), memar yang timbul spontan, mudah memar
atau lebam kebiruan ketika terkena benturan yang ringan saja, dan juga adanya
perdarahan hidung (mimisan/epistaksis), perdarahan gusi tanpa sebab yang jelas.
Berbagai
upaya pengendalian kanker terus diupayakan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan. Termasuk dalam hal deteksi dini kanker pada anak sudah bisa dilakukan
di tingkat Puskesmas dengan meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam
mengenali tanda dan gejala kanker pada anak. Kemenkes juga memberikan himbauan
kepada masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk
bisa mengurangi risiko atau kemungkinan terserang kanker. Masyarakat diharapkan
memiliki perilaku rutin berupa CERDIK yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktivitas fisik
secara benar, teratur dan terukur, Diet
makanan bergizi dengan pola seimbang, cukup buah buahan dan sayuran, Istirahat yang cukup serta Kelola stress dengan tepat dan benar.
Penyakit
kanker tidak boleh dipandang sebelah nyata. Penyakit ini sudah menjadi ancaman
di depan kita dan benar nyata adanya. Kanker
harus dilawan secara bersama sama
melalui kepedulian dan kesadaran dalam menjaga kesehatan diri sendiri
dan kesehatan lingkungan melalui gaya hidup dan perilaku yang sehat.
Dukungan yang positif harus terus diberikan kepada para penderita
kanker. Kita tidak boleh membiarkan mereka sendirian menghadapi penyakitnya.
Dukungan yang besar juga harus kita berikan kepada keluarganya, karena beban
yang ditanggung oleh keluarga terutama Ayah dan Ibu yang memiliki anak yang
menderita kanker sangatlah berat. Saat mendapat informasi tentang kemungkinan
kanker yang diderita anaknya, itu merupakan berita yang sangat buruk bagi
mereka. Ditambah lagi saat mendampingi sang anak menjalani terapi demi terapi
yang membutuhkan waktu yang lama juga stamina yang kuat. Keberadaan Rumah
Singgah bagi pasien kanker juga sangat membantu tentunya. Karena untuk
kemoterapi seorang pasien butuh pengulangan sampai beberapa siklus, dimana di
antara siklus tersebut ada yang berselang satu atau dua minggu. Untuk pasien
yang berasal dari luar daerah bila harus pulang pergi sangat memberatkan.
Saat ini di Aceh pusat rujukan untuk
pasien kanker anak adalah di RSUDZA. Di Rumah Sakit ini sudah bisa dilakukan
berbagai pemeriksaan untuk menentukan
diagnosis jenis kankernya. Pengobatan kemoterapi juga sudah bisa
dilakukan akan tetapi yang menjadi kendala saat ini adalah fasilitas
radioterapi yang belum ada padahal tenaga profesional yang menangani bidang ini
sudah ada di Banda Aceh. Saat ini Pemerintah Aceh sedang menyiapkan fasilitas radioterapi
ini sehingga penderita kanker yang membutuhkan radioterapi tidak perlu lagi
dirujuk ke provinsi lain.
Tidak ada komentar:
Write komentar