Tuberkulosis
(TB) merupakan masalah kesehatan sejak lama. Jumlah kasus baru terus meningkat
di seluruh dunia, sebagian besar ditemukan di negara berkembang. Tuberkulosis
masih merupakan penyakit sebagai penyebab tingginya angka mortalitas (kematian)
dan morbiditas (kesakitan) serta tingginya biaya kesehatan. Tuberkulosis
merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Setelah berbagai upaya
pengendalian yang dilakukan, angka kejadian dan kematian akibat TB telah
menurun namun diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2
juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara
dengan penderita TB terbanyak yaitu dengan angka berturut turut 23%, 10% dan
10% dari seluruh penderita di dunia (data WHO, Global Tuberculosis Report 2015).
Setiap tahunnya terdapat 9 juta
kasus baru TB dan 2 juta di antaranya meninggal dunia. Dari 9 juta kasus baru
tersebut, 1 juta di antaranya adalah penderita anak di bawah usia 15 tahun. Sekitar
sepertiga penduduk dunia terinfeksi dengan TB. TB membunuh 5000 orang setiap
harinya yang berarti 2 – 3 juta orang per tahun. Berdasarkan data dari
Tuberkulosis Global 2015 yang dirilis WHO bahwa insidensi di Indonesia yatu 1
juta kasus per tahun. Indonesia menjadi penyumbang kasus terbanyak ketiga di
dunia. Persentase jumlah kasus di Indonesia menjadi 10 persen terhadap seluruh
kasus di dunia. 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat TB, 70.000 anak
meninggal setiap tahun akibat TB. Beban kasus TB anak di dunia tidak diketahui
karena kurangnya alat diagnostik yang “child-friendly” dan tidak
adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak.
Angka prevalensi TB pada tahun 2014
menjadi sebesar 647/100.000 penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada
tahun sebelumnya. Angka insidensi tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari
sebelumnya sebesar 183/100.000 penduduk pada tahun 2013. Demikian juga angka
mortalitas tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk meningkat dibandingkan tahun
2013 sebesar 25/100.000 penduduk.
Tahun 2015 jumlah kasus TB yaitu
sebesar 330.910 kasus meningkat bila dibandingkan tahun 2014 yaitu 324.539
kasus. Jumlah kasus terbanyak ditemukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Proporsi jumlah pasien untuk kategori usia 0-14 tahun yaitu
sebesar 7,1% tahun 2014 dan 8,59 % tahun 2015. (Ditjen P2P Kemenkes RI 2016). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh, jumlah penderita TB tahun 2015 yaitu 5936 dengan 75
diantaranya kasus anak. Pada tahun 2016, ditemukan 5723 kasus dan di antaranya
terdapat 88 kasus TB Anak. Pada anak, mempunyai permasalahan khusus yang
berbeda dengan dewasa.
Penyakit
tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis yang ditemukan
oleh Robert Koch. Robert Koch berhasil mengidentifikasi kuman tersebut pada
abad ke-19 yaitu pada tanggal 24 Maret 1882 yang kemudian diperingati sebagai
Hari Tuberkulosis Dunia. Peringatan Hari Tuberkulosis sedunia tahun 2017 ini
mengambil tema “Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas TB” melalui aksi
“Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Tuntas (TOSS) di Keluarga!”.
Berbagai
faktor risiko terjadinya infeksi TB pada seorang anak yaitu berupa adanya
kontak atau terpajan dengan orang tua/orang dewasa lain yang menderita TB,
daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang kumuh dengan hygiene dan sanitasi
yang buruk. TB merupakan penyakit menular. Penularan penyakit ini yaitu melalui droplet
(percikan) dahak saat batuk, bersin. Pasien TB anak jarang menularkan kuman
kepada anak yang lain atau orang dewasa di sekitarnya karena kuman TB sangat
jarang ditemukan dalam sekret endobronkhial. Jumlah kuman TB pada anak sangat
sedikit, tapi karena imunitas anak yang lemah maka kuman yang sedikit saja
sudah menyebabkan sakit. Produksi dahak pada anak yang TB juga sangat sedikit. TB
dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB
meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.
Ukuran kuman TB sangat kecil
sehingga mudah sekali terhirup dan masuk ke paru. Pada sebagian kasus bila kita
menghirup kuman TB maka kuman tersebut akan dihancurkan seluruhnya oleh sistem
imunitas tubuh kita. Akan tetapi pada sebagian kasus lain tidak seluruhnya
dihancurkan. Maka kuman tersebut akan terus berkembang biak dan merusak sel
yang diserangnya. Kemudian kuman akan dibawa melalui kelenjar limfe sehingga menyebabkan pembengkakan (teraba
pembesaran kelenjar di leher, sela paha seperti benjolan kecil). Masa inkubasi
(saat mulai masuk kuman sampai timbul gejala klinis yaitu berkisar 4-8 minggu.
Gejala klinis anak degan TB yaitu
adanya keluhan demam berulang lebih dari 2 minggu tanpa sebab yang jelas.
Keringat malam bukan merupakan gejala TB pada anak. gejala lain berupa nafsu
makan berkurang, batuk lama lebih dari 3 minggu, berat badan anak tidak
bertambah malah cenderung turun walaupun dengan asupan gizi yang cukup dan anak
tampak lesu, kurang aktif bermain. Faktor yang terpenting kita mencurigai
seorang anak menderita TB adalah adanya kontak erat dengan penderita TB dewasa.
Bila menemukan gejala seperti ini akan dilakukan uji tuberkulin (mantoux test)
serta beberapa pemeriksaan lain.
Anak yang sudah didiagnosis dengan
TB diberikan pengobatan selama 6 bulan untuk TB paru dan pengobatan selama 9-12
bulan untuk TB berat (milier, meningitis, spondilitis). Pada bayi yang lahir
dari ibu penderita TB maka di bayi harus dievaluasi gejala klinis yang timbul.
Bila tanpa gejala maka kepada bayi akan diberikan pengobatan selama 6 bulan
dengan 1 jenis obat TB yaitu Isoniazid (INH). Bila ditemukan bergejala dan
dikategorikan sugestif TB Kongenital (bawaan sejak dari kandungan) maka
diberikan obat TB. Bila terdapat gejala lain maka dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa uji tuberkulin (mantoux test), rontgen thorak (dada),
pemeriksaan laboratorium berupa mikrobiologis cairan bilas lambung. Bila mendukung TB maka diberikan terapi TB
selama 6 bulan. Pada bayi yang mendapat INH saja selama 6 bulan, harus
dilakukan evaluasi klinisnya setiap bulan. Bila tes tuberkulin positif maka
imunisasi BCG tidak perlu diberikan. Bila uji tuberkulin negatif, dilakukan
imunisasi BCG dan dievaluasi gejala sampai usia 2 tahun.
Apabila kita menemukan seorang anak
menderita TB maka harus dicari sumber penularnya yaitu orang dewasa yang
menderita TB aktif dan menularkan kepada si anak tersebut. Demikian juga bila
ada penderita TB dewasa maka harus mencari tahu apakah di di rumahnya atau
lingkungan sekitarnya ada anak kecil yang ikut terinfeksi karena tertular
darinya. Pencarian anak tersebut berupa pemeriksaan fisik, dan dilakukan uji
tuberkulin.
Masalah TB tidak terlepas dari
masalah sosial ekonomi dimana pengobatan TB memerlukan biaya yang besar karena
dibutuhkan terapi berkesinambungan selama 6 atau 9 bulan. Selain terapi obat,
maka penanganan gizi anak juga sangat perlu. Anak membutuhkan asupan gizi yang
adekuat berupa gizi seimbang. Gizi seimbang tidak harus mahal tapi makanan
tersebut bisa didapatkan di lingkungan sekitar kita. Tanpa asupan gizi yang
memadai maka pengobatan TB juga tidak akan memuaskan.
Semakin meningkatnya kasus TB pada
anak belakangan ini sangat berkaitan dengan semakin meningkatnya kasus TB pada
orang dewasa. Pelacakan penderita TB dewasa dan juga anak menjadi keharusan
bagi semua petugas kesehatan juga kader kader di desa yang sudah dilatih untuk
mengenali masyarakat yang mungkin menunjukkan gejala TB. Setelah
terindentifikasi maka akan dilakukan pemeriksaan sesuai prosedural dan
pengobatan sampai tuntas. Pada anak, penyakit TB bisa dicegah salah satunya
dengan imunisasi BCG. Vaksin ini diberikan sebelum usia dua bulan, bila sudah
lewat usia 3 bulan belum diimunisasi BCG, maka harus terlebih dahulu dilakukan uji
tuberkulin. Bila uji tersebut negatif baru diberikan vaksin BCG akan tetapi
bila hasil uji tuberkulin positif maka imunisasi BCG tidak diberikan lagi,
dilanjutkan pemeriksaan lebih lanjut tentang infeksi TB pada bayi/anak
tersebut. Efek proteksi vaksin BCG ini timbul 8-12 minggu setelah imunisasi.
Imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB paru, TB Milier, TB selaput
otak, TB Tulang Belakang. Jadi tunggu apalagi, mari bawa bayi bayi kita untuk
imunisasi BCG sehingga dapat mencegah TB. Walaupun imunisasi ini tidak mencegah
100 % kejadian TB akan tetapi sangat efektif terutama untuk mencegah TB yang
berat. Para orang tua jangan sampai terpengaruh dengan berbagai kampanye hitam
tentang imunisasi. Kesehatan anak anak kita jauh lebih penting.
terima kasih untuk informasinya, Salam kenal dari ezzyh
BalasHapus