Setiap
orang tua tentu sangat menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
Sehingga mengenalkan sedini mungkin berbagai ibadah termasuk ibadah puasa.
Karena semakin dini kita mengenalkan ibadah kepada mereka diharapkan akan
menjadi kebiasaan dan tertanam dalam jiwa anak mengenai ibadah tersebut. Ada
sebagian orang tua yang sudah mengajak anaknya berpuasa sejak usia 5 atau 6
tahun meskipun hanya beberapa jam dan atau setengah hari. Si anak juga ikut
dibangunkan untuk makan sahur bersama keluarga. Tujuan latihan ini untuk
membiasakan diri, tentunya selama mereka mampu dan kuat melaksanakannya. Hal
demikian sudah dilakukan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka selalu melatih
anak anaknya berpuasa dan memberikan hiburan untuk melalaikan mereka dari rasa
lapar. Menurut Al Rubai’ binti Muawwiz, dalam riwayat Bukhari dan Muslim,” Kami
sering melatih anak anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami membawa
mereka ke mesjid. Kemudian kami buatkan permainan dari bulu. Apabila mereka
menangis karena lapar, maka kami berikan mainan itu, hingga waktu berbuka
puasa”.
Anak
kecil tidak diwajibkan berpuasa. Ini berdasarkan hadist Rasulullah saw yang
diriwayatkan oleh Ahmad, Ashhabus Sunan dan Al Hakim, dari Aisyah bahwa
Rasulullah bersabda:’ diangkat kalam dari tiga orang yaitu anak kecil sehingga
ia sampai umur, orang gila sehingga ia sembuh dan orang yang tidur sehingga ia
bangun’. Puasa yang dilakukan oleh anak kecil yang telah berakal, maka puasa
yang dilakukannya hukumnya sah walaupun belum diwajibkan. Menurut Islam, bila
ibadah yang tidak wajib boleh dilakukan asalkan mampu dan tidak dipaksakan,
sedangkan menurut tinjauan kesehatan puasa bisa dilakukan oleh anak kecil
tetapi harus cermat mempertimbangkan kondisi dan kemampuan anak. Sejauh ini
belum pernah dilaporkan seorang anak mengalami gangguan yang berat karena
puasa.
Pengertian
baligh adalah anak sudah mencapai masa pubertas. Pada anak perempuan ditandai
dengan menstruasi dan perkembangan payudara sedangkan pada anak laki laki
memperlihatkan perubahan pada suara, otot, bentuk fisik yang berubah dan sudah
mengalami mimpi basah. Sejak saat tersebut, anak sudah diwajibkan berpuasa.
Kondisi
Tubuh Saat Berpuasa
Selain
hikmah ibadah, puasa juga terbukti memiliki berbagai manfaat ilmiah, manfaat
medis bagi tubuh orang yang menjalaninya. Secara umum, organ organ tubuh butuh
istirahat. Maka puasa sangatlah bermanfaat untuk memberi waktu istirahat bagi
organ metabolisme tubuh dan sistem pencernaanya. Sebuah mesin yang bekerja
aktif siang malam juga butuh waktu istirahat, demikian juga dengan tubuh
manusia.
Pada saat puasa pembentukan sel sel
dilakukan kembali setelah proses pencernaan, kemudian didistribusikan sesuai
dengan kebutuhan sel sel tubuh. Dengan demikian terbentuk sel baru yang
merenovasi strukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya yang berguna
untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Dalam Al Quran Surat Al Baqarah 184 Allah
berfirman, “ Dan berpuasa itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Di
Indonesia lamanya kita berpuasa yaitu sekitar 14 jam. Kemudian timbul
pertanyaan bagaimana kita bisa bertahan? Makanan yang kita makan dapat
mempertahankan kadar gula dalam darah hingga 4 jam. Setelah itu tubuh mulai
memecah cadangan glukosa yang ada dalam hati dan otot yang disebut glikogen.
Dalam waktu 16 jam sejak terakhir kita makan, lemak dan protein akan dipecah oleh tubuh dalam
upaya mempertahankan kadar gula darah dan metabolisme tubuh. Jadi puasa yang
lama tersebut tidak akan mengganggu kesehatan karena tubuh akan melakukan
adaptasi dengan baik yaitu menggunakan cadangan yang ada dalam tubuh dengan
memperlambat metabolisme.
Pada
kondisi fisiologis tubuh khususnya metabolisme tubuh, fungsi hormonal dan
fungsi sistem tubuh anak berbeda dengan usia dewasa. Bila berpuasa menjadi
beban yang tidak sesuai dengan kondisi fisiologis anak dapat mengganggu tumbuh
dan kembangnya anak. Demikian juga dalam hal pertahanan tubuh anak dan dewasa
berbeda. Ketahanan anak dalam merespon berbagai penyakit yang masuk lebih
lemah. Ini harus menjadi perhatian bagi semua orang tua. Sehingga anak yang
sedang tidak dalam keadaan sehat janganlah disarankan berpuasa. Anak yang
sedang menderita penyakit infeksi akut (batuk, pilek, demam), infeksi kronis
(TB dll), penyakit bawaan seperti kelainan jantung, kelainan darah juga
penyakit keganasan sebaiknya tidak berpuasa.
Saat
bulan puasa aktifitas anak bertambah dengan berbagai kegiatan seperti pesantren
kilat, sholat tarawih dan bangun lebih cepat untuk sahur. Pada saat berpuasa,
ritme serta kualitas tidur malam, kewaspadaan dan kemampuan psikomotor
cenderung berkurang. Hal ini bisa menyebabkan meningkatnya kecelakaan pada
anak, seperti terpeleset, terjatuh saat berjalan atau saat mengendarai sepeda.
Akan tetapi hal tersebut bisa disiasati oleh orang tua dengan mengatur atau
memodifikasi jam tidur anak dan memantau aktifitas anak selama dia berpuasa.
Orang tua bertanggung jawab sekali akan hal ini karena si anak belum bisa
menakar kemampuan tubuhnya, pikirannya hanya didominasi kesenangan dan
keasyikan bermain. Kegiatan bermain perlu dibatasi terutama bermain di luar
rumah apalagi saat siang dengan terik matahari yang menyengat. Setiap aktifitas
fisik yang dilakukan si anak harus menyesuaikan dengan kondisinya saat
berpuasa. Si anak juga sebaiknya tidak diajak serta ikut berbelanja di siang
hari karena akan sangat menyita energi.
Memulai
puasa pada anak dapat dicoba terlebih dahulu dengan puasa tidak penuh (6-8 jam)
dan perlahan ditingkatkan menjadi berpuasa penuh hingga azan Magrib. Jenis
makanan padat saat sahur dan berbuka tidak perlu dibedakan dengan makanan
sehari hari namun harus mempertimbangkan kebutuhan zat gizinya secara seimbang
dan juga sangat memperhatikan rasa serta variasi makanan setiap harinya. Saat
bulan puasa biasanya variasi makanan yang tersedia lebih banyak. Pada saat
sahur makanan sebaiknya yang mengandung indeks glikemik rendah yaitu jenis
makanan yang bisa meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh secara lambat namun
bisa bertahan lama. Contohnya nasi merah, apel, pisang, kacang hijau. Sedangkan
saat berbuka puasa supaya disajikan makanan dengan indeks glikemik tinggi yaitu
jenis makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat tetapi
singkat. Contohnya adalah roti, kue donat, kentang, wortel dan buah semangka. Pada
penderita alergi terhadap jenis makanan tertentu harus lebih waspada. Orang tua
harus memperhatikan hal tersebut, sebaiknya menghindari makanan yang mengandung
pengawet, beraroma rasa dan penyedap serta warna yang kuat. Minuman bersoda dan
makanan pedas juga dihindari dan tentu saja menghindari makanan khusus yang
sudah diketahui sebelumnya sebagai penyebab alergi pada anaknya. Jadi mari
latih anak kita berpuasa sejak kecil, dengan tetap bersikap fleksibel dengan
usia anak, kondisi kesehatan dan keadaan psikologisnya. Insya Allah akan
memberikan banyak dampak positif.
Tidak ada komentar:
Write komentar