Kejang
demam merupakan suatu kondisi yang sangat ditakutkan terjadi oleh sebagian
besar orang tua. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi demam akan berpotensi
terjadi kejang, maka orang tuapun akan semakin khawatir apabila anaknya
mengalami demam tinggi. Yang terbayang bahwa anaknya dengan demam tinggi maka
sebentar lagi bisa terjadi kejang. Apakah pendapat demikian benar adanya? Sudah
tepatkah penanganan yang dilakukan selama ini di rumah?
Kejang demam adalah kejang yang
terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38,4oC, tanpa adanya infeksi pada
susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit. Tanpa riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Umumnya kejang demam terjadi pada usia 6 bulan sampai dengan 5
tahun.
Prinsip pengobatan kejang demam
adalah mencegah kejang dan memberikan terapi intermiten yaitu memberikan obat
antipiretik (obat demam) dan obat kejang saat demam. Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak terbukti
mengurangi risiko berulangnya kejang. Yaitu berupa Parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kg/kali, diberikan 4-6 kali atau Ibuprofen dosis 5-10 mg/kg/kali, diberikan
3-4 kali. Antikonvulsan intermiten yaitu memberikan obat
antikonvulsan (Diazepam) yang diberikan hanya pada saat demam. Adapun profilaksis intermitten pada
pasien kejang demam dengan salah satu faktor risiko berupa: 1). kelainan
neurologis berat misalnya Serebral Palsy, 2). Kejang yang berulang 4 kali atau
lebih dalam setahun, 3). Usia anak mengalami kejang demam kurang dari 6 bulan, 4). Bila kejang pada suhu < 39ºC
dan 5). Apabila pada kejang demam sebelumnya suhu tubuh meningkat dengan cepat.
Pasien Kejang Demam juga ada yang
harus mendapat terapi rumatan yaitu selama satu tahun. Terapi demikian
diberikan pada anak yang mengalami kejang fokal, kejang yang lama lebih dari 15
menit, ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misal Serebral Palsy,
hidrosefalus, maupun hemiparesis (kelumpuhan).
Kepada
orangtua harus dijelaskan bahwa kejang demam ini bisa saja terjadi berulang
terutama bila memiliki faktor risiko berupa adanya riwayat kejang demam atau
epilepsi dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, suhu tubuh < 39ºC saat
kejang, interval waktu yang singkat antara mulai terjadinya demam dengan terjadinya kejang, dan apabila kejang demam
pertama adalah
Kejang Demam Komplek. Bila semua faktor risiko ada, kemungkinan berulangnya
adalah 80 %,akan tetapi bila tidak ada faktor
risiko maka kemungkinan berulang yaitu sekitar 10 – 15%.
Tidak
semua kejang demam harus dirawat inap. Adapun kondisi yang membutuhkan rawat
inap adalah kejang demam pertama kali, kejang
demam pada usia < 1 tahun, kejang
demam kompleks, hiperpiraksia ( suhu di atas 40 0C), pasca kejang
anak tidak sadar atau lumpuh (Tod’s paresisi), dank arena permintaan orangtua
yang kahawatir bila anaknya dibawa pulang ke rumah.
Nah apabila kejang demam kembali
terjadi, apa yang sebaiknya dilakukan oleh para orang tua? Semua orang tua
harus mendapatkan informasi ini. Yang penting adalah tetap tenang dan tidak panik, melonggarkan pakaian yang ketat terutama di daerah leher.
Saat anak kejang: miringkan posisi
anak, dan menjaga jalan napas, Bila
anak tidak sadar: posisikan miring. Bila terdapat muntah, bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walau terdapat kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Bila memiliki termometer maka sebaiknya ukur suhu, observasi dan catat bentuk dan lama kejang.
Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
Berikan Diazepam rektal (yang sudah
dibekali oleh dokternya untuk dijadikan persediaan di rumah), bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan
berikan bila kejang sudah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh diberikan 1x oleh orang tua.
Bila kejang yang
terjadi berlangsung lebih dari 5
menit, suhu tubuh >40ºC, kejang tidak berhenti dengan Diazepam rektal, terjadi kejang fokal, anak
tidak sadar atau kelumpuhan (+,) maka segera bawa anak ke Rumah Sakit
untuk pengobatan lebih lanjut. Walaupun prognosis kejang demam adalah baik,
akan tetapi tetap orang tua harus paham cara penanganan di rumah, dosis obat
serta mengenali kondisi anak yang harus segera dibawa ke RS.
Tidak ada komentar:
Write komentar