Acara pelatihannya sangat padat
dengan materi dan juga praktik. Saking penuh kegiatan dari pagi sampai magrib,
belum ada waktu untuk keluar dari hotel. Kebetulan lokasi pelatihan sekaligus
tempat menginap juga. Pada hari ketiga berada di Bogor, saya baru sadar bahwa
di seberang hotel kami menginap, adalah kebun raya Bogor (KRB).
Langsung saya
dan teman teman merencanakan untuk melihat lihat kebun raya tersebut pada saat
pagi hari sebelum acara. Waktu subuh di Bogor yaitu jam 4 pagi, setelah
menunggu agak terang, kemudian pada pukul 05.30 wib kami bergerak ke lokasi.
Pintu masuk dijaga oleh para tentara. Sebenarnya kebun raya ini baru dibuka
untuk pengunjung pada jam 8 pagi, tapi karena kami meminta supaya boleh masuk
untuk menikmati udara pagi jadilah diizinkan oleh mereka. Apalagi setelah tahu
kami datang dari daerah yang jauh.
Biaya masuk ke kebun raya ini adalah
15 ribu rupiah saja. Tidak ada batasan waktu berapa lama kita berada di dalam, silahkan
bisa sepuas hati berjalan kemana mana di dalamnya. Kesan pertama yang saya
rasakan adalah takjub. Udara segar menyeruak dimana mana. Adem sekali rasanya.
Bisa berolahraga jalan kaki dengan udara segar karena penuh pepohonan. Mata
kami dimanjakan juga dengan pemandangan yang masya Allah sungguh menakjubkan.
Banyak bunga indah yang ditanam rapi dan ada juga bunga yang tumbuh di semak belukar
akan tetapi tetap terlihat cantik. Pepohonan besar banyak sekali berjejer, bisa
dikatakan pohon raksasa. Baru sekarang saya melihat ada pohon yang sangat besar
dan rindang sekali. Banyak koleksi tumbuhan raksasa di sini. Ada teratai
raksasa, anggrek raksasa, bambu raksasa, dan juga pakis raksasa. Tanaman langka
yang dilindungi juga ada berupa bunga
bangkai, pohon leci, bunga fragnant frangipani (bunga yang akarnya
keluar dari tanah), bunga lily Jawa, pohon raja dan koleksi kelapa sawit yang
tertua di Asia Tenggara dan masih hidup sampai sekarang. Semua tanaman dan
tumbuhan terawat dengan baik di kebun raya ini. Saya melihat banyak pohon yang
mulai bengkok baik batang, ataupun cabangnya, langsung dipasangkan kayu
penahannya. Kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga tetap terlihat indah, Selain
itu telinga juga mendengar riuh kicau burung yang bertengger dimana mana. Suara
aliran air sungai yang jernih ikut menambah semarak indah pagi hari kami
tersebut.
Pagi hari tersebut kami hanya bisa
berkeliling selama 1,5 jam saja karena harus kembali ke hotel untuk persiapan
mengikuti kembali acara. Bertekad bisa kembali datang keesokan harinya, karena
masih sedikit sekali lokasi kebun raya yang dijangkau. Kebun raya Bogor
dinamakan juga kebun botani Bogor. Kebun raya ini sangat besar. Luasnya mencapai
87 hektar dan mempunyai sangat banyak koleksi tumbuhan dan pohon yaitu sebanyak
15.000 jenis. Selain banyak pohon dan tumbuhan, kebun raya ini juga menjadi
tempat belajar para mahasiswa. Kami sempat berpapasan dengan rombongan
mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) semester satu yang sedang
mengamati pergerakan burung. Mereka kemudian menggambar burung tersebut di
kertas yang mereka bawa dan lalu mendeskripsikan masing masing burung yang
berhasil dibidik dengan kamera. Luar biasa, lokasi wisata bisa menjadi lokasi
belajar juga. Dan ternyata KRB ini
juga memiliki banyak situs sejarahnya. Berdasarkan informasi dari website LIPI
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, saya mendapatkan informasi tentang
sejarah KRB ini. Penasehat pemerintah Belanda, Reinwart setelah pada tahun 1816
diangkat sebagai Direktur Pertanian, segera memulai riset dalam bidang ilmu
tumbuh tumbuhan, termasuk meneliti berbagai tumbuhan yang bisa dijadikan obat. Dibantu
oleh seorang ahli botani yaitu William Kent, lahan yang awalnya merupakan
halaman Istana Bogor kemudian dikembangkan menjadi sebuah kebun yang indah. Pada
tanggal 15 April 1817, Reinwart mencetuskan gagasannya kepada Gubernur Jenderal
Baron Van Der Capellen dan kemudian secara resmi didirikan sebuah kebun raya di
Bogor, tepat satu bulan kemudian yaitu tanggal 18 Mei 1817 dengan nama Lands Plantentuin te Buitenzorg. Jadi
saat ini KRB sudah berusia lebih dari dua abad lamanya.
Setelah kemerdekaan, kemudian pada
tahun 1949, kebun tersebut (Lands
Plantentuin te Buitenzorg), berubah nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam,
kemudian berubah menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) yang untuk
pertama kalinya dipimpin oleh orang Indonesia yaitu Prof. Ir. Kusnoto
Setyodiwiryo. Kemudian pada tahun 1956 dinamakan Kebun Raya dan dipimpin oleh
Sudjana Kassan.
Kebun raya Bogor ini terletak
bersebelahan dengan Istana Bogor, tempat kediaman Presiden Indonesia, termasuk
Prseiden Jokowi dan keluarga tinggal di istana ini sekarang. Kami menyempatkan
diri untuk mendekati pagar istana, sekedar melihat indahnya gedung istana dan
menyaksikan rusa yang berlarian di halaman istana. Rusa tersebut didatangkan
langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Masyarakat
tidak dibolehkan masuk ternyata, Bila ingin masuk harus secara rombongan dan
mengurus perizinan ke sekretaris Negara c.q Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Jadilah kamipun hanya mengambil foto dan berfose tepat di dekat taman teratai
secara waktu yang sangat singkat. Kalau harus mengurus izin terlebih dahulu, tentu
akan memakan waktu yang lama dan bisa bolos dari pelatihan yang sedang kami
ikuti.
Istana Bogor pada masa kolonial
Belanda dinamakan dengan Buitenzorg yang
berarti “tanpa kekhawatiran”. Mulai tahun 1870 hingga 1942, istana ini menjadi
tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur
Jenderal Inggris. Istana tersebut dibangun pada tahun 1744, awalnya hanya
sebagai sebuah rumah perisitirahatan dan berangsur angsur kemudian berubah
bentuk bangunannya dan berubah fungsi sebagai istana. Pada tahun 1950 setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, istana kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh
Pemerintah Indonesia dan resmi ditetapkan sebagai salah satu dari istana
Presiden Indonesia.
Setelah puas berkeliling selama 2
kali di kebun raya Bogor ini dan merasakan udara segar dan mata serta telinga
yang dimanjakan sekali, saya memimpikan supaya di semua kota mempunyai kebun
raya seperti ini. Kebun raya yang bisa menjadi pusat udara segar, pusat
penghijauan yang bisa meminimalisir banyaknya polusi udara yang timbul.
Membayangkan kota Banda Aceh juga memiliki kebun raya seperti ini. Kapan ya?
Tidak ada komentar:
Write komentar