Stunting
berarti pendek tapi tidak semua anak pendek adalah stunting. Stunting adalah
kondisi gagal
tumbuh akibat kekurangan gizi di 1000 HPK (seribu hari
pertama kehidupan) anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa
dan lanjut usia. Kekurangan gizi sejak dari dalam kandungan bisa menimbulkan gangguan
pada pertumbuhan otak dan organ lain, yang mengakibatkan anak lebih berisiko
terkena berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Ada
dua syarat untuk mengatakan seorang anak mengalami stunting, yakni malnutrisi
dan mengalami infeksi kronis.
Nah
apa yang dimaksud dengan wasting? Wasting disebut juga dengan kurus atau gizi
kurang. Yaitu kondisi gizi yang tidak sesuai dengan umur anak. Bila dimasukkan
dalam grafik pertumbuhan yaitu grafik BB/PB (berat badan menurut panjang badan)
atau BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) Z-Score, dikatakan gizi kurang
bila nilainya berada di antara -3 SD sampai kurang dari -2 SD. Dan dikatakan severe wasting atau sangat kurus atau
gizi buruk bila nilainya berada di bawah -3 SD. Untuk gizi buruk, saat ini ada
penilaian tambahan untuk menegakkan diagnosis. Yaitu perlu adanya ukuran LILA
(lingkar lengan atas),
Wasting
menjadi penyebab terjadinya stunting. Wasting yang dibiarkan tidak
ditatalaksana dengan baik akan jatuh ke dalam kondisi gizi buruk atau
malnutrisi berat. Apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana mencegah supaya
semua bayi dan balita tidak menjadi wasting, stunting dan gizi buruk?
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018,
proporsi status gizi kurang (wasting atau kurus) saat ini adalah 6,7%, menurun
dibandingkan tahun 2013 sebanyak 6,8% dan tahun 2007 sebanyak 7,4%. Sedangkan
proporsi status gizi buruk juga
mengalami penurunan dari tahun 2007 sebanyak 6,2% menjadi 5,3% pada tahun 2013
dan di tahun 2018 menjadi 3,5%.
Masih
berdasarkan data Riskedas 2018, angka stunting pada anak balita yaitu 30,8% dan
pada baduta 29,9%, menunjukkan penurunan dibandingkan Riskesdas 2013 dengan
angka stunting 37,2%. Akan tetapi meskipun tren stunting mengalami penurunan,
hal ini masih berada di bawah rekomendasi WHO yaitu kurang dari 20%. Persentase
stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus
mendapat perhatian khusus..
Bagaimana dengan Aceh? Proporsi
status gizi buruk untuk Aceh berada di angka 5% (di atas angka nasional yang 3,5%).
Angka stunting balita yaitu 37,3% dan pada baduta 37,9%, juga lebih tinggi
daripada angka nasional. Menurut kriteria WHO, provinsi di Indonesia termasuk
dalam kriteria serius (prevalensi 10-14%), buruk (5-9%) dan dapat diterima
(<5 14="" adalah="" angka="" barat="" buruk="" dan="" diantaranya="" diikuti="" gizi="" gorontalo="" ini="" kalimantan="" maluku="" memiliki="" nusa="" oleh="" provinsi="" saat="" sangat="" selatan="" span="" sulawesi="" tengah="" tenggara="" timur="" tinggi="" yaitu="" yang="">5>
Apa
yang harus dilakukan?
Dampak
yang terjadi bila seorang anak mengalami gizi buruk adalah meningkatnya angka morbiditas
(kesakitan), mortalitas (kematian) dan disabilitas. Hal tersebut merupakan
dampak jangka pendek. Sedangkan dampak jangka panjang yaitu berupa tidak
tercapainya potensi saat dewasa, perawakan pendek, berpengaruh terhadap sistem
kekebalan tubuh, menurunkan kecerdasan, meningkatkan risiko berbagai penyakit
lain pada saat dewasa (hipertensi, penyakit jantung, keganasan dan penyakit
degeneratif lain).
Saat
ini pemerintah gencar melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan tata
laksana gizi buruk. Upaya pencegahan salah satunya adalah bertujuan mencegah jangan
sampai balita dengan gizi kurang jatuh ke dalam kondisi gizi buruk. Upaya yang
dilakukan disebut sebagai upaya pengelolaan gizi buruk terintegrasi yang
terdiri atas: 1). Menggerakkan peran serta aktif masyarakat, dengan
meningkatkan pengetahuan kepada tokoh masyarakat, kader dan juga keluarga.
Sehingga mereka bisa mengenal permasalahan gizi di lingkungannya dan segera
membawa ke layanan kesehatan. 2). Layanan rawat jalan balita gizi buruk tanpa
komplikasi. Rekomendasi dahulu, bahwa setiap balita gizi buruk dilakukan rawat
inap. Saat ini hal tersebut tidak dilakukan lagi. Bila gizi buruk tanpa
komplikasi maka bisa dilakukan rawat jalan saja. 3). Layanan rawat inap untuk
semua bayi di bawah 6 bulan dengan gizi buruk dengan atau tanpa komplikasi, dan
semua balita gizi buruk dengan komplikasi. Komplikasi yang dimaksud yaitu
berupa anoreksia (tidak mau makan sama sekali), pneumonia berat (radang paru),
anemia berat (sangat pucat kekurangan sel darah merah), demam tinggi, dan
dehidrasi berat (kondisi kekurangan cairan bisa karena diare, muntah atau sebab
lain). 4). Tata laksana gizi kurang. Seorang anak dengan gizi kurang, harus
ditatalaksana dengan baik, karena bila dibiarkan bisa jatuh ke dalam kondisi
gizi buruk.
Nah,
apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh setiap orang tua yang mempunyai
balita? Kapan seharusnya mempersiapkan diri untuk supaya bisa mencegah kondisi
wasting, stunting dan gizi buruk?
Para
orang tua harus membekali diri dengan pengetahuan tentang 1000 HPK. Yang
berarti yaitu persiapan mulai dari sejak si ibu dinyatakan hamil sampai kemudian
bayi lahir dan sampai berumur 2 tahun. Jadi 9 bulan dalam kandungan (270 hari)
dan usia 2 tahun (730 hari), dengan total 1000 hari. Sejak hamil si ibu
melakukan pemeriksaan atau ANC (antenatal
care) yang rutin baik ke Puskesmas, Rumah Sakit, bidan maupun dokter
spesialis kandungan. Asupan nutrisi gizi seimbang dan lengkap untuk para ibu
hamil, konsumsi rutin suplemen yang diperlukan selama hamil baik berupa asam
folat maupun zat besi, kontrol teratur untuk mengetahui adanya faktor risiko
kelahiran yang membahayakan, merupakan hal yang harus dilakukan semua ibu
hamil.
Kemudian
setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan
makanan pendamping ASI (MP ASI) yang mengandung gizi lengkap. Gizi lengkap yang
dimaksudkan adalah mengandung semua zat gizi baik berupa karbohidrat, protein
(utamanya protein hewani), lemak. Juga adanya vitamin, mineral dan mikronutrien
lain baik berupa zat besi maupun zinc.
Setiap
orang tua diharapkan selalu membawa anaknya untuk diperiksakan secara rutin
setiap bulan ke pusat layanan kesehatan. Selain untuk dilakukan imunisasi, juga
bisa mengetahui ukuran pertambahan berat badan, panjang badan, lingkar kepala
dan bagaimana perkembangan anaknya, apakah sudah sesuai dengan umurnya. Dengan
demikian bila diketahui adanya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan,
akan dapat segera diberikan intervensi. Yuk, para Ayah dan Bunda sekalian rutin
membawa anaknya kontrol ke puskesmas atau posyandu. Selain gratis, Ayah dan
Bunda juga mendapatkan banyak manfaat. Sehingga nantinya kondisi wasting,
stunting dan gizi buruk bisa dicegah.
Tidak ada komentar:
Write komentar