Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) bahwa angka stunting pada anak balita yaitu
30,8% dan pada baduta 29,9%, menunjukkan penurunan dibandingkan Riskesdas 2013
dengan angka stunting 37,2%. Meskipun tren angka stunting mengalami penurunan, akan
tetapi angka stunting kita masih berada di bawah rekomendasi WHO (yaitu di
bawah 20%). Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong
tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.
Stunting
adalah suatu kondisi dimana panjang/tinggi badan seorang anak lebih pendek
dibandingkan panjang/tinggi badan anak yang lain pada umumnya (yang seusia).
Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi. Stunting
adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting juga diakibatkan oleh infeksi yang berulang terjadi
pada anak baik berupa penyakit infeksi menular seperti infeksi pernafasan
(pneumonia), infeksi saluran pencernaan (diare) dan lain lain. Stunting
terjadi mulai dari dalam kandungan dan nantinya akan tampak saat usia anak dua
tahun. Stunting saat ini menjadi masalah serius di Indonesia.
Berdasarkan
penelitian di 137 negara berkembang bahwa salah satu penyebab terjadinya stunting
adalah pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) yang kurang tepat.
Banyak kesalahan dalam hal pemberian MP ASI dimana hal tersebut disebabkan oleh
pemahaman yang kurang ataupun terbatasnya pemberian edukasi dan penyuluhan dari
petugas kesehatan kepada masyarakat umum. Pada umumnya para ibu hanya memberikan
tepung beras atau pisang sebagai MP ASI. Termasuk juga tren pemberian MP ASI
menu tunggal selama 2 minggu pertama. Padahal makanan atau pola tersebut tidak
mencukupi kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh seorang bayi.
Sangat diharapkan sebelum memulai MP ASI, para orang
tua bisa berkonsultasi kepada petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menilai
kesiapan bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu bayi
sudah dapat menegakkan kepala walaupun duduk masih dibantu, bisa
mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk menerima makanan, dan mampu
menelan makanan padat.
Menurut WHO Global Strategy for Feeding Infant and
Young Children (tahun 2003) mengeluarkan rekomendasi agar pemberian MP ASI
memenuhi 4 syarat, yaitu: 1). Tepat waktu (timely), artinya MP ASI harus
diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Rekomendasi dari Unit Kerja Kelompok Nutrisi dan Penyakit Metabolik (UU NPM) PP
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang dimaksud dengan MP ASI tepat waktu
adalah makanan padat atau makanan cair selain ASI yang diberikan pada periode
penyapihan di saat ASI saja tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
tumbuh kembang optimal.
Syarat selanjutnya yaitu 2). Adekuat, artinya MP ASI
memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya. Makanan utama
harus mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak dan vitamin
serta mineral. Perlu dipastikan juga bahwa MP ASI harus mengandung zat besi
yang memang sangat diperlukan oleh bayi. Karena kandungan zat besi dalam ASI
pada saat usia 6 bulan sudah sangat sedikit kandungannya sehingga otomatis
tidak bisa memenuhi kebutuhan bayi. Makanan berserat berupa sayur dan buah
hanya perlu diberikan sedikit saja karena porsi yang besar bisa menghambat
penyerapan zat besi. 3). Aman, artinya MP ASI disiapkan dan disimpan dengan
cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang
bersih, memisahkan makanan yang mentah dengan yang matang, menggunakan sumber
air yang bersih serta cara memasak yang benar dan penyimpanan makanan pada suhu
yang tepat.
Kemudian 4). Diberikan dengan responsive feeding artinya MP ASI diberikan dengan memperhatikan
sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode
pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara
aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).
Para orang tua sangat diharapkan memperhatikan
tentang asupan MP ASI yang tepat sehingga dapat dipastikan si anak menerima
kebutuhan nutrisi yang suesuai dengan usianya.
Semoga dengan demikian, angka stunting di Indonesia bisa diturunkan.
Tidak ada komentar:
Write komentar