Minggu pertama bulan Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai World Breastfeeding Week. Sebelumnya di Indonesia dikenal dengan istilah Pekan ASI Sedunia, akan tetapi mulai tahun ini, istilah tersebut diganti dengan Pekan Menyusui Sedunia. Tujuan diperingati setiap tahunnya adalah untuk terus memberikan kesadaran kepada masyarakat dunia tentang pentingnya pemberian ASI. Pada tahun 2020 ini mengambil tema “Dukung Menyusui, untuk Bumi yang Lebih Sehat”.
Menyusui adalah perintah Allah termaktub dalam Al Quran surat Al Baqarah Ayat 233. Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerahNYA yang tidak ternilai harganya. ASI merupakan zat hidup yang sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir sampai berusia dua tahun. Untuk enam bulan pertama ASI bisa memenuhi 100% kebutuhan bayi sehingga disebutkan dengan istilah ASI Eksklusif dimana hanya memberikan ASI saja tanpa ada makanan dan minuman lainnya.
Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa menyusui sangat banyak bermanfaat baik bagi si bayi maupun si Ibu. ASI mengandung zat zat gizi yang lengkap, mudah dicerna, diserap secara efisien. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. . Dalam satu tetes ASI mengandung air, protein, laktosa, antibodi, asam lemak essensial, vitamin dan mineral, hormon dan faktor pertumbuhan, mikrobiota normal, serta enzim anti viral dan anti bakterial.
ASI melindungi terhadap infeksi, melindungi kesehatan ibu, membantu bonding dan menunda kehamilan yang baru. Menyusui membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa puas secara emosional. Kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah persalinan membantu mengembangkan hubungan tersebut. Proses ini yang disebut dengan bonding.
Proses menyusui juga bersifat ramah lingkungan. Menyusui sangat berguna bagi lingkungan. Semakin sedikit pembelian produk-produk pabrikan seperti halnya susu dan botol-botol susu, sama dengan mengurangi sampah di sekitar kita. Susu formula dan botol susu harus diproduksi dan dikemas, dimana hal tersebut menggunakan banyak energi dan sumber daya. Setelah itu kemudian didistribusikan ke toko-toko. Konsumen menggunakan bahan bakar untuk sampai ke toko dan membeli susu formula. Kemasan dan botol bekas yang sudah digunakan juga harus dibuang.
Tidak seperti ASI, susu formula bayi dan balita (yang sering didasarkan pada susu sapi) memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global selama tahap pembuatan, pemrosesan dan transportasi. Pengganti ASI menggunakan sumber daya yang signifikan dan menghasilkan limbah besar yang berakhir di tempat pembuangan sampah, serta polusi plastik. Peternakan sapi perah industri mengancam keanekaragaman hayati dan produk limbah sapi berkontribusi pada emisi metana global tahunan - kontributor utama efek rumah kaca, kedua setelah karbon dioksida. Limbah dari sapi perah, serta pupuk yang digunakan untuk menanam pakan untuk mereka, mencemari sungai dan air tanah, mempengaruhi semua ekosistem yang bergantung padanya. Di beberapa tempat produksi formula membutuhkan penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi.
Menyusui adalah contoh utama dari hubungan yang mendalam antara kesehatan manusia dan ekosistem alam karena ASI merupakan makanan alami yang diproduksi tanpa polusi, kemasan ataupun limbah. Mendukung pemberian ASI maka mendukung upaya untuk bumi yang lebih sehat. Keuntungan bagi lingkungan karena mengurangi sampah dari susu buatan. Dengan menyusui pula dapat menekan pengeluaran untuk membeli kebutuhan susu formula, sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan, sejalan dengan tujuan SDGs nomor 12 yaitu konsumsi yang bertanggung jawab.
Dikutip dari website IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) bahwa terdapat banyak beban dari dampak tidak menyusui di Indonesia diantaranya: 1). bertambahnya kerentanan baik pada ibu atau anak terhadap penyakit. Dengan menyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan (ISPA), menurunkan angka kejadian diare sampai 50%, dan juga menurunkan angka penyakit usus parah pada bayi premature (kurang bulan) sebanyak 58%. Risiko kanker payudara pada ibu juga dapat menurun 6-10%. 2). Biaya kesehatan untuk pengobatan. Dengan mendukung ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya. 3). Kerugian kognitif - hilangnya pendapatan bagi individual. ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Ternyata dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah lho! 4). Biaya susu formula, Di Indonesia, didapatkan data bahwa hampir 14% dari penghasilan seseorang (terutama orang tua, ayah atau ibu), habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI eksklusif, tentu saja penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%.
Tidak ada makanan lebih banyak diproduksi secara lokal, lebih berkelanjutan atau lebih ramah lingkungan selain daripada ASI. ASI disebut sebagai produk makanan/minuman yang paling ramah. ASI adalah sumber daya yang dapat diperbarui secara alami, didapatkan secara gratis dan merupakann sumber nutrisi utama yang dibutuhkan oleh bayi untuk selama enam bulan pertama kehidupan, dan dilanjutkan sampai dua tahun kehidupannya.
ASI bermanfaat bagi lingkungan kita karena tidak memerlukan iklan, pengemasan, atau transportasi dan tidak menghasilkan pemborosan atau penipisan sumber daya alam. Tidak ada energi yang terbuang untuk mensterilkan botol dan mendinginkannya. ASI juga memiliki suhu yang sempurna sehingga tidak perlu menggunakan energi untuk memanaskan apa pun dan air dan deterjen biasanya tidak diperlukan untuk mencuci botol. Selain itu, ASI tidak menciptakan polusi dari pembuatan dan pembuangan botol, dot dan kaleng.
Menyusui adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi ekosistem planet kita dan kesehatan kita. Dengan menyusui membantu memastikan keamanan pangan, memiliki efek positif pada kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Jadi secara tidak langsung ibu yang menyusui juga tengah mengabdikan dirinya untuk ikut menjaga kesehatan lingkungan di sekitarnya dan lingkungan alam yang lebih luas.
Oleh karena itu, mari kita mendukung ibu menyusui, untuk bumi yang lebih sehat. Bagaimana caranya mendukung ibu menyusui? Untuk seorang suami, bahagiakan istrinya yang sedang menyusui dengan cara membantu pekerjaan rumah, membiarkan istri istirahat, ikut serta dalam pengasuhan bayi dan selalu berusaha menyenangkan hati istrinya. Hati yang senang maka hormon oksitosin akan banyak diproduksi sehingga ASIpun deras mengalir. Untuk keluarga lain atau masyarakat di sekitar ibu menyusui juga tetap bisa mendukung ibu menyusui dengan menunjukkan respon positifnya. Sanggup? Harus dong!!.
Tidak ada komentar:
Write komentar