ummihirzi@gmail.com

ummihirzi@gmail.com
Isi blog ini adalah makalah yang pernah saya buat dan presentasikan di IKA FK Unand, juga artikel kesehatan yang sudah dimuat di kolom Opini Media Lokal/Regional.

Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Bireuen, Aceh, tanggal 05 September 1977. Alumni FK Universitas Syiah Kuala Aceh. Dan telah memperoleh gelar Spesialis Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Aktif sebagai pengurus IDAI Aceh, IDI Aceh Besar, Anggota Komunitas Rhesus Negatif Aceh dan sebagai Konselor Menyusui juga Ketua Aceh Peduli ASI (APA)...

Sabtu, 01 Agustus 2020

Menyusui di Masa Pandemi

Kondisi pandemi Covid-19 sudah menyerang dunia selama lebih kurang 7 bulan. Dan khususnya untuk negara kita Indonesia, sudah terjadi wabah tersebut selama lebih dari 4 bulan. Saat ini kasus di dunia per tanggal 26 Juli adalah 16,3 juta kasus. Di Indonesia sendiri sudah mencapai 98.778 kasus. Kasus tersebut hampir menyerang semua kelompok usia baik usia lanjut, dewasa, bayi, anak anak bahkan ibu hamil dan ibu menyusui.

            Nah, bagaimana dengan ibu menyusui bila terkonfirmasi positif Covid-19? Apakah masih tetap boleh meneruskan menyusui langsung, atau harus menghentikan pemberian ASInya? Dari berbagai literatur, tidak didapatkan bukti bahwa virus Covid-19 bisa ditransmisi melalui ASI. Sebagaimana kita ketahui bahwa penularan virus penyebab penyakit Covid-19 ini adalah melalui droplet atau percikan baik itu berupa batuk, bersin yang mengenai benda atau orang di sekitar. Walaupun belakangan terdapat informasi bahwa penyebaran virus ini juga dikhawatirkan melalui air borne atau melalui udara, akan tetapi penularan via ASI tetap belum dilaporkan sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, China.

            Berdasarkan dari pedoman yang berasal dari WHO-Unicef dan ABM, bahwa belum ditemukan adanya transmisi vertikal dari ibu ke janin. Demikian juga dari penelitian terbatas, bahwa tidak ditemukan SARS Co-V (SARS Corona Virus 2, nama virus penyebab Covid-19) dalam ASI pada ibu menyusui yang terkonfirmasi positif Covid-19. Oleh Zeng dkk, pada Maret 2020 merilis hasil penelitian dimana dari enam orang ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19, virus SARS Co-V tersebut tidak terdeteksi pada serum/swab tenggorokan bayinya, Jadi ibu dengan positif Covid-19 dapat terus melanjutkan untuk menyusui bayinya.

            Mengapa WHO mengeluarkan rekomendasi demikian? WHO mengakui bahwa rekomendasi yang dikeluarkan berupa “bahwa ibu yang terinfeksi Covid-19 harus selalu dekat dengan bayinya”, mungkin tampak bertentangan dengan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang mencakup tentang isolasi bagi orang yang terkonfirmasi positif. Pada bayi, risiko infeksi jauh lebih rendah dan infeksinya biasanya ringan atau tanpa gejala, akan tetapi konsekuensi dengan memisahkan bayi dari ibunya jauh lebih terasa berefek signifikan.

ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung zat zat gizi yang lengkap, mudah dicerna, diserap secara efisien. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Dalam satu tetes ASI mengandung air, protein, laktosa, antibodi, asam lemak essensial, vitamin dan mineral, hormon dan faktor pertumbuhan, mikrobiota normal, serta enzim anti viral dan anti bakterial.  

ASI melindungi terhadap infeksi, melindungi kesehatan ibu, membantu bonding dan menunda kehamilan yang baru. Menyusui membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang membuat ibu merasa puas secara emosional. Kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah persalinan membantu mengembangkan hubungan tersebut. Proses ini yang disebut dengan bonding.

Pada semua tataran kehidupan sosial ekonomi, menyusui dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan jangka panjang serta manfaat tumbuh kembang bayi baru lahir dan anak. Menyusui juga meningkatkan kesehatan ibu. Penularan COVID-19 melalui ASI dan menyusui belum terbukti. Jadi tidak ada alasan untuk menghindari atau berhenti menyusui.

Akan tetapi semua keputusan untuk bisa menyusui langsung itu diserahkan kepada si ibu. Bila ibu ragu atau tidak memungkinkan menyusui langsung, maka bisa memberikan ASI perah. Bila ibu menyusui langsung, maka si ibu harus mematuhi protokol kesehatan.  Saat menyusui, seorang ibu harus tetap menerapkan langkah-langkah kebersihan yang tepat, termasuk mengenakan masker medis jika tersedia atau masker kain, untuk mengurangi kemungkinan menularkan droplet yang mengandung virus penyebab COVID-19 kepada bayinya. Ibu dianjurkan untuk mengganti masker segera setelah masker tersebut lembab dan kemudian segera membuang masker medisnya setelah digunakan. Masker medis yang sudah dipakai, tidak bisa digunakan lagi setelah lebih 4 jam. Kemudian ibu tidak menyentuh bagian depan masker, tetapi melepaskannya dari belakang. Untuk maser kain supaya bisa sering dicuci.

            Aturan lain yang harus selalu dipenuhi adalah mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer/rub berbasis alkohol, terutama sebelum menyentuh bayinya. Bersin atau batuk dengan menggunakan tisu, dan segera membuangnya serta mencuci tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol atau dengan sabun dan air bersih. Bila ibu  baru saja batuk di atas payudara atau dadanya yang terbuka, maka dia perlu mencuci payudaranya dengan sabun dan air hangat setidaknya selama 20 detik sebelum menyusui. Nah, setelah melakukan berbagai langkah pencegahan, maka aman bagi ibu untuk menyusui bayinya.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tertarik dengan kegiatan dan layanan informasi yang kami berikan?
Anda dapat memperoleh informasi terbaru melalui email.