Hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia dan juga Indonesia. Kasus terkonfirmasi di Indonesia per tanggal 7 Juli 2021 mencapai 2.379.388 kasus dan pasien meninggal sejumlah 62.908 orang. Data di Aceh, jumlah kasus positif Covid-19 adalah 19.893 kasus dan pasien meninggal sebanyak 841 orang. Sungguh suatu angka yang sangat tinggi dan mengerikan. Bisa saja kasus positif dan pasien meninggal kembali bertambah.
Penyakit ini bukan hanya menyerang orang dewasa dan lansia akan tetapi juga menyebabkan banyak anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan angka kematian anak yang juga semakin bertambah. Dari pernyataan Ketua PP IDAI pada tanggal 18 Juni 2021, bahwa 1 dari 8 pasien Covid-19 di Indonesia adalah anak anak (proporsi kasus konfirmasi anak 12,5%). Sedangkan untuk Aceh berdasarkan data dari IDAI Cabang Aceh, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sampai tanggal 4 Juli 2021 adalah sebanyak 856 kasus positif Covid dan meninggal sebanyak 22 anak.
Bagaimana gejala yang timbul pada anak yang mengalami Covid-19? Sebaiknya semua orang tua bisa mengetahui tentang gejalanya yaitu bisa berupa demam, adanya batuk dan pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, bisa disertai mual dan juga muntah, diare, anak tampak lemas dan bahkan bisa terjadi sesak nafas. Dikatakan sesak nafas yaitu bila laju nafas menjadi lebih cepat dari frekuensi normalnya, yaitu masing masing sesuai usia. Laju nafas yang dikatakan bahaya yaitu bila lebih dari 60 kali per menit (usia kurang dari 2 bulan), lebih dari 50 kali per menit (usia 2-11 bulan), lebih dari 40 kali per menit (usia 1-5 tahun) dan lebih dari 30 kali per menit (usia lebih dari 5 tahun).
Nah, apa yang harus dilakukan oleh orang tua apabila anaknya terkonfirmasi positif Covid-19? Pada tanggal 28 Juni 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) sudah mengeluarkan Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak. Adapun seorang anak bisa melakukan isolasi mandiri menurut panduan tersebut adalah anak tidak bergejala (asimptomatik), gejala ringan (batuk, pilek, demam, diare, muntah, ruam), anak aktif dan bisa makan minum, menerapkan etika batuk, memantau gejala/keluhan, pemeriksaan suhu tubuh 2x sehari (pagi dan malam hari), serta memiliki rumah/kamar yang memiliki ventilasi yang baik.
Siapa yang harus mengurus anak yang sedang isolasi mandiri tersebut? Orang tualah yang sangat kompeten untuk mengurus anaknya jadi orang tua tetap dapat mengasuh anak yang terkonfirmasi positif. Orang tua atau pengasuh disarankan yang memiliki risiko rendah terhadap gejala berat Covid-19. Jika ada anggota keluarga lain yang juga positif, maka bisa dilakukan isolasi bersama,. Akan tetapi bila orang tua dan anak berbeda status Covid, disarankan memberi jarak tiduR 2 meter, di kasur terpisah dan keluarga senantiasa diharapkan bisa memberikan dukungan psikologis pada anak.
Orang tua harus paham kapan seorang anak yang sedang isolasi mandiri harus dibawa ke rumah sakit. Jadi bila anak dengan kondisi lebih banyak tidur, nafas cepat, ada retraksi (cekungan) di dada, nafas cuping hidung (hidung kembang kempis), saturasi oksigen <95%, mata merah, ruam dan leher bengkak, terjadi demam >7 hari, kejang, tidak bisa makan dan minum, timbul tanda dehidrasi (berupa mata cekung, buang air kecil berkurang) dan penurunan kesadaran. Orang tua harus menyediakan termometer, dan oxymetri untuk keperluan di rumah.
Untuk obat obatan yang perlu disiapkan adalah obat demam, Zinc, multivitamin berupa vitamin C dan vitamin D3. Sangat diharapkan tetap menjalankan protokol kesehatan walaupun sedang isolasi mandiri. Tetap berada di rumah tidak keluar untuk main, selalu menggunakan masker (untuk anak di atas 2 tahun atau yang sudah paham cara menggunakan dan melepaskan masker). Untuk penggunaan masker pada anak, sebaiknya memberi waktu ”istirahat masker’ jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari orang tua atau pengasuh dan masker tidak perlu digunakan saat anak tidur. Protokol lain yaitu menjaga jarak, sering mencuci tangan, menerapkan etika batuk, memeriksa suhu tubuh, saturasi oksigen, laju nadi dan laju nafas, berikan anak makanan bergizi dan lanjutkan pemberian ASI bagi yang bayi/anak yang masih menyusu.
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua untuk tetap menjaga kesehatan anak anak di masa pandemi? Sesuai dengan anjuran Pemerintah, Kementerian Kesehatan dan juga badan kesehatan dunia WHO mengharapkan supaya upaya pencegahan masih terus dilakukan yaitu berupa 5 M yang terdiri dari memakai masker, selalu mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, serta membatasi mobilitas.
Selain itu, perlu usaha untuk meningkatkan sistem imun tubuh yang bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup dan juga olahraga.
Makanan bergizi seimbang mengandung karbohidrat berupa makanan pokok, kemudian protein dan lemak pada lauk pauk, serta sayuran dan buah buahan. Perbanyak minum air putih setiap harinya. Jangan lupa mencuci sayur dan buah dengan air bersih, memasak lauk sampai matang dan menghindari gula, garam berlebihan.. Untuk bayi dan anak yang masih menyusu, lanjutkan terus pemberian ASI. ASI mengandung banyak imunoglobulin dan anti infeksi dalam setiap tetesnya.
Istirahat yang cukup itu sesuai rekomendasi WHO adalah 7-8 jam pada dewasa, 8-10 jam pada remaja, 9-11 jam pada usia 6-12 tahun 10-13 jam usia 3-6 tahun, 11-14 jam pada usia 1-2 tahun, 12-16 jam pada bayi<1 tahun, dan 14-17 jam pada bayi usia <1 bulan. Olahraga yang dimaksudkan adalah membiasakan untuk melakukan olahraga ringan selama 30 menit setiap hari
Upaya pencegahan lain yang sangat dianjurkan untuk dilakukan adalah Vaksinasi Covid-19. Memang vaksinasi tidak bisa mencegah 100% dari kemungkinan tertular dari virus tersebut, akan tetapi bila kita sudah mendapatkan vaksin, dalam tubuh kita diharapkan sudah terbentuk antibodi sehingga bila tetap tertular maka tidak menimbulkan gejala yng berat. Saat ini sudah ada pemberian izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk pemberian Vaksin Covid-19 pada anak usia 12-17 tahun.
IDAI sudah mengeluarkan rekomendasinya pada tanggal 28 Juni 2021 yang menyatakan bahwa dapat dilakukan percepatan vaksinasi Covid-19 pada anak menggunakan Vaksin Covid-19 inactivated buatan Sinovac, karena sudah tersedia di Indonesia dan sudah ada uji klinis fase 1 dan 2 yang hasilnya aman dan serokonversi tinggi. Pertimbangan pemberian imunisasi pada anak dimulai untuk usia 12-17 tahun berdasarkan prinsip kehati-hatian dan dengan pertimbangan bahwa jumlah subjek uji klinis memadai, tingginya mobilitas dan kemungkinan berkerumun di luar rumah serta usia tersebut mampu menyatakan keluhan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) bila ada.
Kita
tidak bisa memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir. Usaha kita bersamalah
yang akan sangat berperan untuk mengakhirinya. Mari hilangkan kebodohan kita
dengan sering membaca dan mengupdate berita yang betul dan shahih. Upayakan
tidak terpengaruh dengan banyaknya berita hoaks apalagi sampai meneruskan ke
orang lain dan kemudian disebarkan oleh banyak orang pula. Tentu saja akan
menjadi kebodohan berjamaah. Bertanyalah kepada orang yang lebih paham dan
sesuai ilmu di bidangnya. Dengan upaya bersama, ikhtiar bersama, semoga kita
bisa kembali menghirup udara bebas tanpa masker. Semua menginginkannya kan?? Sudah dimuat di Harian Serambi Indonesia, 12 Juli 2021. Baca sini.
Tidak ada komentar:
Write komentar